Follow Us

Minggu, 22 Oktober 2017

~ Malam Setelah Tsunami ~ 26/12/2004 Pengirim Cerita : Aiest bulbul { Mainkan Jempolnya - Saropah binti Khambali }


Assalamualaikum
Kenalin namaku Aiest bulbul, aku tinggal di Aceh. Aku mau cerita pengalaman misteri yang aku alami waktu tsunami 7 thn yang lalu di Aceh. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA.
26 desember 2004 ...
Pagi itu desaku diterjang gempa dan Tsunami yang membuat sebagian rumah hancur tak berbentuk, hanya tinggal rumah permanent yang masih sedikit tersisa bentuk aslinya. Aku masih ingat dengan jelas apa yang terjadi di pagi hari itu. Saat itu aku dan adik-adikku sedang asyik nonton film doraemon yang diputar di salah satu televisi swasta indonesia, sedangkan ibuku sudah berangkat kerja. Kurang lebih jam 8 pagi aku dan adik-adikku di kejutkan dengan guncangan kuat yang membuat rumah serta perabotanku bergoyang dengan hebat. Spontan kami keluar rumah, masyarakat sudah berhamburan beserta sanak keluarga mereka masing-masing. Ada yang menangis histeris dan ada juga yang melafaskan asma-asma Allah swt. Setelah beberapa menit akhirnya guncanganpun berhenti, aku yang sebelumnya panik sudah mulai merasa agak tenang, tiba-tiba aku dihampiri teman-temanku yang masih satu desa. Mereka bilang ada rumah yang terbelah di belakang desa kami dan mereka mengajakku untuk ikut melihat rumah tersebut. Lalu akupun ikut bersama mereka. Sedangkan adik-adikku bersama teman-teman mereka, ketika aku hendak mengambil sepeda tiba-tiba aku mendengar suara orang-orang berteriak sembari menyebut Asma Allah di sertai jeritan histeris. Ku lihat orang-orang berlari kalang kabut
'' Ie laot ka jiek '' (air laut dah naik) .
“ Ada apa ?? “ tanyaku kepada orang-orang itu sambil setengah berlari
“ Air laut naik nak , cepet lari ke gunung ! “ Aku tersentak kaget.
Kami yang tadinya hendak melihat rumah yang terbelah, langsung lari menuju pegunungan yang tidak jauh dari desa kami. Tapi d sela-sela kepanikan aku sempat mencari adik-adikku. Aku melihat mereka sudah berlari jauh di depan ku, lalu kususul mereka. Tiba-tiba di belakangku terdengar bunyi gemuruh yang sangat luar biasa. Aku menoleh kebelakang. Astafirullah, aku hampir tidak percaya apa yang aku lihat. Kurang lebih 150m di belakang ku, pohon kelapa dan lain nya berjatuhan. Aku menangis sambil menyebut Asma Allah. Akhirnya aku selamat naik ke kaki gunung sambil melihat kejadian yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. kurang lebih jam 4 sore air surut dan kami di ajak turun gunung oleh para orang dewasa untuk mencari korban yang selamat. Alangkah terkejutnya kami melihat desa porak paranda dan mayat berserakan dimana-mana. Bergotong royong, kami mengangkat mayat-mayat dan memindahkan ke Mushola yang kebetulan kerusakannya tidak terlalu parah. Akhirnya pencarian di hentikan karena sebagian mayat tidak bisa dipindahkan dan tertimbun bongkahan kayu.
Akhirnya malam pun tiba, malam yang gak akan pernah aku lupakan seumur hidupku hingga sekarang, aku dan sejumlah pemuda akhirnya sepakat untuk menjaga mayat-mayat yang ada di Mushola agar tidak di makan binatang buas ( entah, masih ada binatang buas atau tidak setelah Tsunami menyapu ). Kami menyalakan api unggun sebagai penerangan karena listrik mati. Untuk mengurangi rasa takut kami mengobrol sambil mengambil bongkahan kayu untuk api unggun. Tiba-tiba dari kejauhan kami mendengar suara orang menangis dan berteriak minta tolong. Kami fikir apa mungkin masih ada orang yang selamat diantara reruntuhan atau ?? … Kami menepis fikiran itu dengan membaca yasin dan berdoa . Tapi suara yang tadinya jauh jadi terasa kian dekat di sekitar kami.
'' kita masuk ke Mushola semuanya !! '' ajak Pak Adun salah satu sesepuh desa. Di dalam Mushola, tangisan itu tak lagi terdengar. Jujur saja, sebenarnya aku tak ingin masuk ke dalam Mushola, karena di dalam Mushola banyak mayat yang hanya di tutupi kain mukanya, sedangkan sebagian tubuhnya masih keliatan.
Malam semakin larut, sebagian teman-temanku sudah tidur karena kecapean, hanya beberapa yang masih terjaga termasuk aku, karena aku takut terjadi gempa susulan. Mata ku sesekali mencuri pandang sekeliling mayat, tiba-tiba aku melihat 2 sosok berjalan melewati jendela Mushola, tidak begitu jelas terlihat karena keadaan gelap dan hanya di terangi cahaya api unggun yang berada di luar .
'' Apa kamu liat tadi yang lewat disitu ?? '' tanyaku pada salah satu temanku.
“ Aku gak nglihat apa-apa “ jawabnya sambil menggeleng pelan
Entah kenapa tiba-tiba aku seperti dihipnotis untuk memastikan sosok itu melalui jendela. Terkejut dengan apa yang ku lihat, karena ada sosok bapak-bapak tanpa lengan sedang nengok kearahku . Aku berteriak sekuat tenaga hingga membuat teman-teman yang sudah pada tidur terbangun dan bertanya keheranan. Aku bilang
“ Ada bapak-bapak tanpa lengan di luar jendela “ kataku panic. Pak Adun mengingatkanku untuk istigfar dan berdoa. Badan dan kakiku gemetaran akibat rasa takut yang amat sangat. Selang beberapa lama kami merasakan guncangan lagi. Gempa susulan Tapi tidak terlalu kuat seperti sebelumnya, karena khawatir Mushola roboh, akhirnya kami keluar. Gempa tak kunjung berhenti, kami memutuskan untuk kembali ke gunung takut Tsunami susulan, aku berlari kecil menghindari gundukan bongkahan yang hanya di terangi cahaya bulan, entah apa yang ada di pikiranku saat itu hingga aku harus kehilangan konsentrasi lalu terpisah dari teman-temanku. Aku baru tersadar setelah tak mendengar suara langkah kaki dan bayangan mereka. Aku ketakutan, sontak aku berteriak meminta pertolongan, siapa tau teman-temanku mendengar dan menghampiriku, aku tak berhenti menangis dan mengucap lafal Allah
'' Laillahaillallah ... '' ucapku berkali-kali.
Saat aku melihat bayangan berjalan ke arahku, aku sedikit tenang karena aku berfikir itu temanku, tapi spontan bulu kudukku langsung berdiri, karena ternyata itu bukan mereka melainkan sosok ibu-ibu yang menangis sambil mencari-cari anaknya
'' Anakku … dimana kamu nak ''
Badanku hampir tak bisa digerakan sedikitpun, sambil membaca Basmallah aku bangun lalu berlari ke arah mobil truk gandeng yang berhenti dan posisinya tidak jauh dari tempatku. Aku naik dan duduk di belakang truk sambil menyebut nama Allah. Tapi suara ibu tersebut tidak hilang juga, malah aku mendengar suara jerit dan tangisan dimana-mana. Badanku terasa berat dan kepala pusing, akhirnya aku pingsan. Keesokan harinya saat tersadar, aku mendengar kabar duka bahwa Ibuku tak selamat dan jenazah beliau dimakamkan bersama 18 orang lainnya yang juga berasal dari desa yang sama.
“ Selamat Jalan Bunda ! “
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

Tidak ada komentar