Follow Us

Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Inilah Wajah Baru Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Ada 30 Lebih Pohon Kurma di Halamannya.

Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.

Kapal PLTD Apung

PLTD Apung 1 adalah kapal generator listrik milik PLN di Banda Aceh, Indonesia, yang saat ini dijadikan tempat wisata, yang dikenal dengan nama "Kapal Apung". Kapal ini memiliki luas sekitar 1.900 Meter Persegi, dengan panjang mencapai 63 Meter..

Rumah Adat Aceh

Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh tidak bisa dibangun secara sembarangan. Mengingat fungsinya yang begitu penting bagi kehidupan pemiliknya, beberapa aturan wajib ditaati oleh seseorang yang hendak membangun rumah adat Krong Bade ini.

Tugu Simpang 5

Di setiap pilar dibuat kaligrafi Asmaul Husna yang dipadu dengan ornamen Aceh. Desain tugu Simpang Lima, kata dia, dirancang oleh arsitek dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh..

Minggu, 29 Oktober 2017

Mahasiswa Aceh Deklarasikan Melawan Radikalisme

HARIANACEH.co.id – Setelah mengikuti upacara peringatan sumpah pemuda, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Aceh melakukan deklarasi kebangsaan melawan radikalisme yang kemudian diikuti kuliah akbar kebangsaan di Lapangan Tugu Darussalam.  (Sabtu, 28/10).
Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal dalam orasi kebangsaannya menyampaikan, bahwa bangsa ini butuh lebih banyak lagi orang-orang yang berdedikasi pada kebaikan. Oleh sebab itu, Rektor berharap deklarasi kebangsaan ini jangan sampai dinilai hanya sekadar seremonial belaka.
“Deklarasi ini juga  harus mampu mengetuk hati segenap mahasiswa Aceh untuk tetap mencintai Indonesia dan terhubung dengan idiologi Pancasila dalam setiap aktivitas sehari-hari,” ujarnya.
Rektor juga menegaskan, selama kepemimpinanya, ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencegah berkembangnya bibit-bibit paham radikalisme di lingkungan kampus Unsyiah.
“Saya berkomitmen tinggi bahwa sebagai Rektor Unsyiah, saya akan berupaya sekuat tenaga agar  paham radikalisme, komunisme tidak ada tempat di Kampus Jantoeng Hatee Rakyat Aceh ini,” tegas Rektor.
Wakil Rektor UIN Ar Raniry Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag mengatakan, paham radikalisme adalah musuh bersama. Sebab paham ini mampu meruntuhkan sendi-sendi persatuan kita dalam berbangsa. Oleh sebab itu, Syamsul mengajak mahasiswa Aceh untuk berbenah diri dengan meningkatkan kompetensinya.
“Karena itu tidak ada jalan lain, saatnya anda (mahasiwa) berbenah diri, tanggung jawab bangsa masa depan bangsa ini ada di tangan anda.  Jadi, marilah benahi diri anda dengan ilmu,” seru Syamsul.
Dalam deklrasi ini ada empat point penting yang disampaikan yaitu bertekad satu idiologi yaitu Pancasila, satu konstitusi yaituu UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, satu Negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, satu samboyan yaitu bhineka tunggal ika dan satu tekad yaitu melawan radikalisme dan intoleransi.
Tarmizi selaku Ketua Panitia menjelaskan, bahwa kegiatan ini melibatkan 20 kampus yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar serta civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi di Aceh. Kegiatan ini bertujuan untuk menegaskan betapa pentingnya perguruan tinggi melawan radikalisme.
Turut hadir dalam kegiatan ini Staf Khusus KASAD Mayjen TNI Sumedi, SE, MM. Walikota Banda Aceh, Pejabat Kodam dan Polda Aceh serta pimpinan perguruan tinggi di Aceh.


Read more: https://www.harianaceh.co.id/2017/10/28/mahasiswa-aceh-deklarasikan-melawan-radikalisme/#ixzz4wt03iRfN

Minggu, 22 Oktober 2017

Cara Remove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F


Cara Remove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F, Saat ini tidak sedikit smartphone khususnya perangkat Samsung yang terjangkit meminta akun email & password untuk dapat melanjutkan ketampilan menu, setelah kita melakukan reset pada perangkat. "Yupp biasanya hal ini dikarenakan perangkat tersebut telah kita hubungkan dengan akun Gmail kita dan seperti pengguna yang masih awam tidak terlalu mementingkan untuk mengingat email & password yang telah kita gunakan pada perangkat tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, setelah Android Lollipop (5.0.1) hingga Marshmallow (6.0.1) di rilis, tingkat keamanan yang disertakan di dalamnya semakin bagus dari versi sebelum-sebelumnya. Salah satunya adalah pengamanan Factory Reset Protection atau FRP.

Apa itu FRP? FRP merupakan sistem perlindungan terbaru Android, dimana perangkat android akan meminta akun verifikasi google (email/sandi) sesaat setelah selesai melakukan setelan ulang pabrik, flash/install ulang rom. Akun verifikasi yang diminta untuk dimasukkan kembali bukanlah sembarang akun, melainkan akun yang terakhir kali dikenali perangkat android / akun sebelumnya. Jika tidak mengingatnya, maka perangkat tidak bisa diakses kembali.

Fitur ini hampir sama sistem keamanan iCloud milik iOS, jika seseorang tidak mengingat / tidak dapat mengakses akun yang digunakan pada perangkat tersebut, maka ponsel tersebut tidak akan bisa digunakan.
Remove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F
Inilah yang sering kita sebut FRP, apa itu FRP sobat bisa cari di google ya. Jadi disini kita akan membahasa cara meremove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F dengan mudah.
Oke sebelum sobat mengikuti tutorial cara mengatasi FRPSamsung J7 Prime SM-G610F, silahkan sobat download dahulu dibawah ini:
  1. Samsung FRP TOOL
  2. Samsung FRPBypass.apk
  3. Login_6.0.1.pak
Cara Remove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F Pahami secara detail:

  • Pastikan ponsel pada proses meminta akun gmail.
  • Hubungkan ponsel menggunakan kabel usb ke pc/laptop. (Driver Samsung mesti telah terinsal kalau belum silahkan cari di Google, apabila telah terbuhubng buka device manager dan perhatikan port).
  • Buka aplikasi Samsung FRP TOOL yang telah didownload diatas, dan berikut tampilannya.
  • Nah disini sobat lihat didevice manager diatas, bahwa perangkat Samsungnya terdeteksi di port 7 maka ya isi COM7, selanjutnya klik Scan.
Apabila port terbaca akan tampil success, done! , lalu klik Open akan ada proses bar hijau.
  • Lalu klik Call untuk melakukan panggil darurat pada perangkat Samsung, dan pada perangkat Samsung akan tampil seperti berikut.
  • Cari icon pesan, lalu klik, seperti berikut.
  • Lalu kirim sms ke www.google.com, (ingat ponsel mesti terhubung ke internet bisa dengan paket data ataupun Wifi ya).
  • Selanjutnya klik teks sms tadi yang beralamat www.google.com.
  • Dan apabila tidak ada kendala sobat akan diarahkan ke Google Search.
  • Lalu ketik di Google Search alamat url berikut.
    http://www.samsung.com/id/apps/mobile/galaxyapps/
  • Dan lalu klik yang dikotakin merah.
  • Dan akan terbuka App store Samsung, nah lalu buat akun/login akun Samsung.
  • Selanjutnya cari dan instal Explorer File Manager.
  • Nah setelah terinstal cari file Samsung FRPBypass.apk dan Login_6.0.1.pak
  • Silahkan instal file Login_6.0.1.pak dahulu baru instal FRPBypass.apk.
  • Setelah instal FRPBypass.apk, klik buka dan masuk login tapi jangan langsung login disini. tapi klik titik 3 diatas.
  • Klik yang dikotak merah.
  • Login/buat akun disini.
  • Setelah selesai, restar dan selamat akhirnya mengatasi  FRP Samsung J7 Prime SM-G610F tanpa box DONE.
Oke sampai disini artikel Cara Remove FRP Samsung J7 Prime SM-G610F ini semoga apa yang saya berikan bisa bermanfaat dan berguna bagi sobat semuanya salam dan sampai berjumpa di artikel yang selanjutnya.
Source http://www.jeparaupdate.co/2017/07/cara-remove-frp-samsung-j7-prime-sm-g610f.html

3 Februari : Tragedi Pembantaian Arakundo, Idi Cut


Tragedi itu terjadi di Simpang Kuala, Kecamatan Idi Cut, Aceh Timur, 
Rabu dinihari, 3 Februari 1999, persis di depan Markas Koramil dan 
Polsek setempat.

Tragedi Idi Cut, dikenal luas dengan nama ‘Tragedi Arakundo’, adalah sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur.

Menurut sejumlah saksi mata, peristiwa yang dilancarkan tentara ABRI ini menewaskan tujuh orang dan melukai ratusan orang lainnya. Para pelakunya sampai sekarang belum ditangkap dan diadili hingga saat ini.

Para korban pembantaian jasad mereka diceburkan ke Sungai Arakundo. Klaim ini diperkuat oleh kesaksian korban yang mendengar kata-kata para serdadu ABRI saat sedang membantai korban: "Kalian bunuh kawan kami. Kalian ceburkan mereka ke sungai. rasakan balasannya."

Beberapa korban lainnya menyebutkan para pelakunya adalah anggota Batalyon Linud 100. Sebanyak 58 korban yang tertembak dinaikkan ke dalam truk aparat, baik yang sudah tewas maupun yang terluka.

Tetapi ada juga beberapa korban terluka yang tidak terangkut karena bersembunyi di selokan samping jalan sehingga losos dari pembantaian.

Banyak saksi mata melihat tiga truk militer yang mengangkut korban penembakan bergerak menuju jembatan Sungai Arakundo.

Sebelum diangkut ke truk, para korban diikat terlebih dahulu dengan kawat di sekujur tubuhnya, kemudian dimasukkan ke karung goni milik masing-masing tentara yang masih bertuliskan nama pelaku beserta pangkatnya.

Batu besar diikatkan di setiap karung sebagai pemberat, lalu karung tersebut dilemparkan ke Sungai Arakundo. Seorang saksi mata lain mengatakan bahwa ceceran darah di sekitar jembatan Arakundo berusaha ditutup-tutupi dengan pasir oleh tentara pemerintah Indonesia. 

Pasir tersebut adalah hasil penambangan penduduk sekitar sungai yang biasa ditumpuk di dekat jembatan. Tanggal 4 Februari pukul 08.00-12.00 WIB, tentara masih bertahan di sekitar lokasi pembantaian Idi Cut. 

Penembakan acak secara membabi buta pun masih terjadi sesekali. Hari itu juga sampai keesokan harinya, penduduk desa melakukan pencarian di sungai dan berhasil mengangkat enam karung berisi jenazah korban. Jasad korban ketujuh yang ditembak mati ditemukan di dalam kendaraannya. 

Puluhan warga sipil terluka akibat insiden ini. 58 orang ditangkap dan kabarnya disiksa saat ditahan di penjara. Pasca-insiden ini, 13 orang dilaporkan hilang dan tidak pernah ditemukan lagi.

Pencarian korban dilakukan dengan alat tradisional, karena tentara dan pihak lainnya tidak membantu melakukan pencarian. Sebagian besar korban tidak mengapung, karena di tubuh mereka diikat alat pemberat berupa batu.

Di pinggir jembatan juga ditemukan peluru dan proyektil bermerek Pindad, produsen senjata api asal Bandung yang memasok persenjataan ABRI.

Peristiwa Idi Cut adalah satu dari lima kasus yang disarankan Amnesty International untuk diproses secepatnya oleh Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh (KPTKA).

Meski Jaksa Agung sudah melaksanakan investigasi pada November 1999, sejauh ini belum ada anggota aparat keamanan yang diadili atas aksi kebiadaban alat negara ini.


Readmore: http://www.atjehcyber.net/2014/02/3-februari-tragedi-pembantaian-di.html#ixzz4wElTaQL5 
Sumber: @atjehcyber | fb.com/atjehcyberID 

Perampasan Tanah: Fakta Lain Konflik Rohingya, Indonesia? ( Laode Halaidin )


DERASNYA informasi soal rohingya beberapa bulan terkahir ini, membuat banyak masyarakat dunia bereaksi. Konflik Rohingya saat itu tengah menjadi sorotan dunia internaisonal, termasuk Indonesia. Banyak dunia mendesak Indonesia, untuk mengambil peran dalam menyelesaikan konflik Rohingya. Sementara di Indonesia sendiri, banyak masyarakat yang mencerca pemerintah karena dianggap tak mampu menyelesaikan permasalahan rohingya yang mayoritas beragama muslim itu. Selain itu, ada juga masyarakat yang mendesak agar pemerintah mengusir Duta Besar Myanmar di Jakarta.
Desakan-desakan itu membuat pemerintah mengambil langka diplomatik, untuk turun tangan menyelesaikan konflik rohingya. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, langsung bertolak di Myanmar, mencoba berdialog dengan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. Pada pertemuan itu, menteri Retno, menekankan 4+1 dalam menyelesaikan konflik di Rakhine.
Usulan 4+1 itu yakni (1) mengembalikan stabilitas dan keamanan, (2) menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan, (3) perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine tanpa memandang suku dan agama, (4) pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan. Sementara elemen +1-nya yaitu terkait dengan pentingnya pelaksanaan rekomendasi laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine yang dipimpin oleh Kofi Annan. Langkah diplomatik ini, mendapat penghargaan yang luar biasa dari pihak PBB dan di sejumlah negara.
Konflik yang terjadi di negara bagian Rakhine bagi sebagian media arus utama dipandang sebagai konflik agama atau etnis. Mungkin pemerintah Indonesia juga memahaminya demikian. Ada pembatasan bahwa konflik tersebut hanya sebagai ciri dan penganiayaan terhadap warga Rohingya, yang beragama mayoritas Islam. Human Rights Watch (HRW) mengambarkan kekerasan terhadap warga Rohingya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang berujung pada pembersihan etnis tertentu atau disebut sebagai genosida.
Namun, benarkah kekerasan Rohingya bagian dari konflik agama atau etnis? Sebuah tulisan di The Guardian,yang ditulis Saskia Sassen dengan judul Is Rohingya persecution caused by business interest rather than religion? menemukan fakta lain. Seperti yang dimuat di Koran Sulindo, profesor di sosiologi di Universitas Columbia itu berpendapat bahwa agama dan etnisitas boleh jadi hanya bagian dari apa yang terjadi saat ini. Saskia Sassen menulis, dalam dua dekade terakhir telah terjadi peningkatan akuisisi perusahaan secara besar-besaran di seluruh dunia baik pertambangan, kayu, pertanian maupun air.
Perubahan Undang-undang tentang tanah yang terjadi di Myanmar membuka jalan atas masifnya perampasan tanah yang ada di pedesaan. Perusahaan diberikan keistimewaan menguasai tanah dalam skala besar. Sejak 1990-an, militer Myanmar telah menguasai tanah-tanah secara luas tanpa ganti rugi yang jelas. Dibawah tekanan militer, perampasan tanah semakin masif terjadi, yang dilakukan dengan todongan senjata. Kaum tani kemudian memprotes atas perampasan tanah tersebut.
Laporan Departemen Pertanian Myanmar semakin menguatkan anggapan itu. Sejak tahun 2010, sekitar 216 perusahaan menguasai sekitar 1,75 juta hektar lahan, 708.200 hektar merupakan lahan dalam bentuk konsesi negara, tulis Brian. Tanah-tanah itu selain diambil militer untuk kamp dan akses tentara, juga diambil untuk proyek komersial yang dijalankan dan berhubungan kepentingan militer. Hal tersebut menyebabkan adanya penyempitan lahan yang dikuasai oleh kaum tani yang kemudian memicu perlawanan.
Sementara itu, badan pemerintah, terutama pihak militer menangkapi kaum tani yang dianggap melawan, menindaknya dengan kekerasan. Aktivis petani ditangkapi dan dipenjarakan. Saat konflik Rohingya pecah pada tahun 2012, lahan yang dipergunakan untuk mega-proyek meningkat 170 persen antara 2010 sampai dengan tahun 2013. Sassen beranggapan dalam tulisannya bahwa "berdasarkan itu, kekerasan yang meningkat tajam terhadap suku Rohingya dan juga kelompok minoritas lainnya mungkin saja disebebkan kepentingan ekonomi militer, bukan masalah agama dan etnisitas."
Tulisan Saskia Sassen itu, mendapat dukungan dari Brian McCartan, yang ditulis di Cetri.bedengan tulisan, Myanmar: Land Grabbing As Big Business. Bagi Brian, perubahan undang-undang yang tidak memadai telah membuka daerah di Myanmar dengan merajalela dirampas oleh pengusaha yang tidak bermoral dan terhubung dengan baik yang mengantisipasi ledakan investasi dan properti. Jika tidak diantisipasi, hal tersebut berpotensi dapat merongrong proses reformasi negara secara luas dan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Saskia Sassen dan Brian McCartan telah mengulik fakta lain dari kekerasan Rohingya. Mereka menemukan bahwa perampasan tanah yang dilakukan oleh militer merupakan fakta, bagian dari kekerasan, yang mungkin sebagian orang mengabaikannya. Perebutan lahan telah menjadi pemicu dari konflik tersebut. "Dengan harapan baru untuk kebangkitan ekonomi dan kenaikan harga properti yang dipicu oleh pemerintahan reformis Thein Sein, perebutan lahan terjadi dibanyak wilayah dan juga meningkat diwilayah tengah dan negara bagian Rakhine. Perebutan lahan ini memaksa petani meninggalkan tanah mereka untuk kepentingan agribisnis komersial, proyek infrastruktur, pengembangan pariwisata, fasilitas industri dan jaringan pipa gas," tulis Brian.
Lembaga Hak Asasi Manusia sejak tahun 1990 seperti Karen Human Rights Group (KHRG), the Shan Human Rights Foundation (SHRF), the Human Rights Foundation of Monland (HURFOM), dan Earth Rights International (ERI), telah banyak mendokumentasikan penyitaan-penyitaan tanah tersebut. Di negara bagian Rakhine perampasan tanah meningkat dengan pesat. Tanah-tanah tersebut digunakan untuk kepentingan proyek, yang didukung oleh pihak militer.
Pada tahun 2013 saja misalnya, proyek pipa gas mulai beroperasi dengan kapasitas 400 ribu barrel per hari. Kepemilikan proyek tersebut dikelola oleh perusahaan asal Tiongkok, India, Korea dan Myanmar sendiri. Banyaknya perusahaan swasta asing tersebut, membuat pemerintah Myanmar menyediakan banyak tanah, menyokong para pemodal besar untuk kepentingan bisnis. Kebijakan ini membuat perlawanan warga rohingya terutama dari pihak ARSA dan Arakan Independen Army yang beragama Budha.
Bagi Saskia Sassen, seperti dikutip Koran Sulindo, konflik yang terjadi di Rakhine memiliki dua fungsi yang tidak terencana, yakni (1) penganiayaan merupakan cara untuk mengusir mereka dari lahan dan sumber kehidupan mereka. Caranya dengan membakar rumah mereka sehingga warga Rohingya terpaksa melarikan diri dan meninggalkan rumah mereka, (2) dengan mengadu domba rakyat dengan menekankan perbedaan agama. Tujuannya agar rakyat berkonflik dan melupakan perbuatan negara kepada rakyat.
Lebih lanjut Sassen menulis, "jutaan kaum tani kecil yang terusir dari tanahnya merupakan korban dari kebijakan rezim sehingga agak mengherankan ketika pengamat dan pemerhati HAM lebih fokus pada agama. Padahal, sepertiga dari luas hutan Myanmar telah hilang."
Melihat Indonesia
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Kejadian di negara bagian Rakhine, memang sulit untuk tidak membandingkannya dengan apa yang terjadi di Indonesia. Tanah, dijadikan sebagai bagian dari kehidupan mereka. Perampasan tanah terhadap petani, sama halnya dengan merampas kehidupan petani itu sendiri.
Ketika diundangkannya Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960, konflik-konflik yang terjadi antara petani miskin, petani kaya, buruh tani dan para pemodal memperoleh legitimasi hukum. Tetapi tahun 1963 dan 1964, kejadiannya semakin rumit saat pelaksanaan undang-undang tersebut. Seperti yang dikatakan dalam buku Noer Fauzi Rahman, "Petani dan Penguasa", alasannya adalah berupa pengelolaan administrasi yang buruk, korupsi dan oposisi dari pihak tuan-tuan tanah dalam bentuk manipulasi.
Kebijakan politik agraria yang dibangun oleh rezim orde baru, yang merupakan bagian dari otoritarianisme menganggap Land Reformhanyalah permasalahan teknis belaka. Bagi Winardi, 1993, pemerintah orde baru tidak menganggap masalah tanah sebagai dasar pembangunan, melainkan tanah hanya menjadi masalah rutin birokrasi pembangunan. Akibatnya, pengurusan tanah tidak berjalan dengan baik, bahkan pada tingkat pedesaan keterlibatan militer semakin mempersempit partisipasi petani dalam program Land Reform.
Hal tersebut menimbulkan berbagai konflik, akibat hak-hak petani akan tanah terabaikan. Soetrisno menulis, konflik yang terjadi bukan berhubungan dengan internal desa, tetapi eksternal, pihak luar desa yakni para pemodal besar dan pemerintah. Perusahaan perkebunan banyak mengambil alih tanah-tanah yang dikuasai rakyat. Dengan banyaknya investasi modal perkebunan yang masuk, pemerintah orde baru selalu bersedia menyiapkan tanah, menyokong para pemodal bahkan itu harus menggerus kehidupan petani dari tanahnya. Kekuasaan orde baru seringkali melakukan penindasan dengan cara-cara kekerasan (coersion), dan penaklukan dengan cara-cara ideologis (concent) untuk merampas tanah dari petani.
Harapan baru rakyat petani muncul, ketika gerakan demokrasi berhasil menggulingkan rezim Soeharto dari kekuasaanya, tahun 1998. Para petani yang telah dirampas tanahnya, memiliki keberanian untuk menduduki tanah yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan perkebunan. Petani berani memasuki konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH), tanah konservasi, pertambangan bahkan tanah yang telah selesai masa kontrak Hak Guna Usaha (HGU).
Seperti petani lainnya, petani Indonesia sangat bergantung dengan tanah-tanah yang ada. Harapan yang terbangun kandas setelah perusahaan perkebunan menguasai kembali satu-persatu tanah-tanah, lewat bantuan pemerintah dan militernya. Lewat dana talangan Badan Penyelamatan Perbankan Nasional (BPPN), perusahaan perkebunan kembali memonopoli lahan, yang berlanjut sampai saat ini. Menurut Aliansi Gerakan Reformasi Agraria (AGRA), sebagaimana yang tertulis di Koran Sulindo, hal tersebut terjadi setelah Presiden Abdul Rahman Wahid jatuh, para pengusaha perkebunan di masa rezim Soeharto sukses mengkonsolidasikan diri berkat bantuan Amerika Serikat dan sekutunya.
Akibat sistem ini, kini banyak petani yang tergusur dari kehidupannya. Para petani kemudian melakukan perlawanan akibat ketidakadilan itu. Perlawanan-perlawanan petani di daerah kian menggemah, menolak kerusakan lingkungan serta memperjuangkan lahan mereka yang tergusur akibat ulah kapitalisme. Para pemodal dengan rakusnya, merampas tanah petani untuk kepentingan perkebunan, pertambangan dan pendirian pabrik-pabrik.
Apa yang terjadi dengan petani Sragen, Sunarji adalah puncak gunung es, yang menuntut haknya tas tanah. Akibat penyempitan lahan yang selama ini dikuasai pihak perkebunan, ia bersama 800 petani lainnya mencoba mengerjakan lahan yang telah habis masa HGU-nya oleh PTPN IX. Namun para petani itu, seringkali mengalami intimidasi dan kriminalisasi. Dengan kuasa modal, para petani ditangkapi dan dimasukan di dalam penjara.
Hal lainnya juga, apa yang terjadi dengan petani-petani di Muna, di desa Wantiworo dan Kafofo. Atas dasar investasi dan pembangunan ekonomi, para petani Wantiworo dan Kafofo mengalami ketidakberdayaan, melihat tanah-tanah mereka digusur untuk perkebunan tebu. Bersama dengan elit dan pemerintah desa, perusahaan perkebunan melakukan berbagai manipulasi untuk menguasai lahan-lahan petani. Ada bentuk manipulasi tanda tangan persetujuan, ganti rugi lahan yang tidak jelas serta bentuk intimidasi-intimidasi lainnya.
Bukan tak mungkin, konflik-konflik agraria akan terus berkepanjangan, jika pemerintah abai terhadap permasalahan yang dialami petani. Tanah adalah urat nadi bagi petani, dimana para petani bisa mencari penghidupan, mengelolahnya untuk menghasilkan makanan sehari-hari. Ketimpangan kepemilikan tanah, membuat petani kadang meradang, membuat mereka terus miskin berkepanjangan. Entah sampai kapan, para petani terus berada dalam kungkungan hidup kemiskinan itu.
Meskipun kini Presiden Joko Widodo tengah menjalankan Land Reform, untuk mengatasi ketimpangan kepemilikan tanah, dimana melalui program Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), Jokowi membagikan 9 juta hektare kepada rakyat petani, namun bagi AGRA program tersebut justru akan menuai banyak masalah. Bagi AGRA, dalam jangka panjang program tersebut justru membuka peluang perampasan tanah karena sertifikasi hanya memudahkan praktik jual-beli tanah yang menguntungkan tuan tanah dan perbankan dengan menyita aset kaum tani. Proyek ini terhubung dengan skema Bank Dunia sebelumnya melalui Land Administration Project, (Koran Sulindo, 18-30, 9/2017, Volume II-No.19).
Kekerasan Rohingya, bukan tanpa arti bagi Indonesia. Bangsa ini tidak bisa menutup mata dan mengabaikan, bahwa konflik yang terjadi di Myanmar merupakan fakta lain dari perampasan tanah. Negara bisa chaos, jika rakyat petani terus dibelenggu dengan kebijakan yang tidak adil dan sewenang-wenang. Hal itu tentu kita tidak inginkan terjadi di negeri yang indah dan kaya ini.
Negara harus memberi kedaulatan kepada petani dan mengelola kekayaan alam bangsa ini untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."
Saya mengutip tulisan Didit Sidarta di Koran Sulindo "Membiarkan terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan penguasaan dan pemilikan tanah bagi sebagian besar masyarakat adalah kesewenang-wenangan. Menutup mata terhadap konflik penguasaan tanah di dalam kawasan hutan yang tak kunjung terselesaikan secara tuntas adalah sikap korup."
Mari, berbuat sesuatu untuk petani...
Tulisan Laode Halaidin
Source https://www.kompasiana.com/halaidin/59e02b2a74bbb04c2641edc2/perampasan-tanah-fakta-lain-konflik-rohingya-indonesia

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah Penjaga Kubur

Tragedi Tsunami Aceh menyisakan banyak kisah yang mengharukan, sekaligus jadi bahan renungan. Dan setiap bencana biasanya diikuti perjuangan penuh kesedihan untuk menata lagi kehidupan yang mendadak berada di titik nol.

Hebatnya, ada individu-individu yang meski didera kesusahan namun tetap melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Bahkan bagi orang yang sudah mati. Sang pahlawan yang dimaksud adalah Abdul Madjid. Setiap malam Ia harus berebut tulang dengan anjing-anjing kelaparan, agar mayat korban tsunami bisa beristirahat dengan tenang.

Beginilah kisahnya, sebagaimana ditulis Maimun Saleh.
Foto ilustrasi


Ketika malam turun di pemakaman di Siroen, Lambaro, selalu terdengar lolongan anjing, seolah mereka tengah berdiskusi. Disertai angin malam yang dingin, dan sunyi yang mencekam, gambaran film horor itu seolah hadir di kawasan Aceh besar pasca-tsunami. Pada saat itulah, Abdul Madjid menyalakan senter, lalu mengarahkan cahaya ke kerumunan anjing itu. Ia terperangah. Anjing-anjing itu berkelahi memperebutkan tulang-belulang manusia!

Abdul menghardik. Mereka tak peduli. Setelah dilempari batu, barulah anjing-anjing itu kabur. Abdul memungut kembali tulang yang berserakan, lalu dikumpulkan dengan alas daun pisang. Pada malam yang sunyi itu ia menguburkan tulang-tulang tersebut. Sendirian. Tapi kawanan anjing tadi berhasil membawa kabur dua tulang kaki, dua tulang tangan, dan satu tengkorak kepala.

Peristiwa Sabtu malam itu, dua pekan setelah tsunami menggulung Banda Aceh, terjadi di kuburan massal korban tsunami yang terletak di Siroen, Lambaro, Aceh Besar. Lima puluh ribu orang dimakamkan di situ, tapi penjaganya cuma Abdul Madjid seorang diri. Pria berusia 48 tahun ini ikut membantu penguburan sejak awal. ”Tiga jam sekali, ada jenazah masuk,” kata Abdul.

Sejak malam pertama, kawanan anjing sudah mengincar kuburan ini. Anjing-anjing itu asyik berebut daging, juga tulang-tulangnya. Abdul sedih. Ia lalu berinisiatif ronda malam seorang diri. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu.

Tak cuma kuburan itu yang aman, warga pun merasa sentosa. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu. Sang istri bahkan sempat menjauh. ”Setiap pulang, baju dan badannya bau mayat,” Aisyiah mengisahkan kegiatan suaminya.Untung, Aisyiah kini tak takut lagi. Yang dia cemaskan cuma biaya hidup rumah tangga. Sebab, pekerjaan menjaga kuburan ini gratisan. Kalaupun ada yang membayar, sifatnya sukarela.
Foto ilustrasi
Abdul Madjid sempat berinisiatif menaruh dua celengan di sisi kiri-kanan makam. Maksudnya agar para pezirah menaruh duit di dalamnya. Duit itu kemudian dipakai Abdul Madjid untuk membeli karpet plastik, sapu, dan berbagai peralatan bersih-bersih lainnya. Sisa uang diserahkan ke Masjid Batul Izzati, yang berada di seberang jalan. Tapi Abdul justru dituduh makan uang kuburan itu. ”Padahal, demi Tuhan, saya tidak melakukannya,” katanya sedih.

Karena asap dapur seret mengepul, ia akhirnya menjual sapinya yang laku Rp 2,4 juta. Sapi itu adalah upah atas pengembalaan hewan ternak salah seorang warga. Dan hanya itu harta Abdul Madjid satu-satunya. Uangnya sudah habis pula untuk berobat sang istri yang didera penyakit jantung.

Kisah sedih seakan terus menguntit Abdul Madjid. Rumah tinggalnya dihancurkan karena pemilik tanah tak lagi memberikan izin menetap di situ. Dalam keadaan mabuk si tuan tanah ini mengusir keluarga Abdul Madjid. Kini, bersama keluarga, Abdul menetap di bekas kandang sapinya dengan perbaikan seadanya.

Hidup susah itu tak membuatnya meninggalkan kuburan massal yang dia anggap sebagai kewajibannya sebagai warga. Jiwa-jiwa di situ seakan terus memanggilnya. Hingga kini ritual ini sudah bagian dari napasnya: mengitari kuburan, mengusir anjing yang berebut daging manusia, lalu menguburkan tulang-tulang yang berserakan. Sendirian. Di kegelapan malam. ”Saya ingin mencari pintu taubat di sini,” katanya sembari menerawang.

Kini kuburan yang dulu gersang itu tampak hijau. Abdul Madjid menanaminya dengan kembang sepatu, serunai rambat, bunga raya, dan pohon pepaya. Saban malam ia berada di situ. Sempat sepekan ia absen. Tapi itu karena ia diserang diare berat. Tapi selebihnya ia adalah penjaga yang setia.




-------------------
Catatan: Tulisan Maimun Saleh ini terpilih diantara empat terbaik dari 8 kisah, yang dimuat iloveaceh  dalam rangka memperingati acara #8thnTsunami (8 Tahun Tsunami) tahun 2011


Sumber foto:
lensaindonesia.com
photobucket

source http://www.apakabardunia.com/2013/12/mengenang-tsunami-aceh-kisah-penjaga.html

~ Malam Setelah Tsunami ~ 26/12/2004 Pengirim Cerita : Aiest bulbul { Mainkan Jempolnya - Saropah binti Khambali }


Assalamualaikum
Kenalin namaku Aiest bulbul, aku tinggal di Aceh. Aku mau cerita pengalaman misteri yang aku alami waktu tsunami 7 thn yang lalu di Aceh. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA.
26 desember 2004 ...
Pagi itu desaku diterjang gempa dan Tsunami yang membuat sebagian rumah hancur tak berbentuk, hanya tinggal rumah permanent yang masih sedikit tersisa bentuk aslinya. Aku masih ingat dengan jelas apa yang terjadi di pagi hari itu. Saat itu aku dan adik-adikku sedang asyik nonton film doraemon yang diputar di salah satu televisi swasta indonesia, sedangkan ibuku sudah berangkat kerja. Kurang lebih jam 8 pagi aku dan adik-adikku di kejutkan dengan guncangan kuat yang membuat rumah serta perabotanku bergoyang dengan hebat. Spontan kami keluar rumah, masyarakat sudah berhamburan beserta sanak keluarga mereka masing-masing. Ada yang menangis histeris dan ada juga yang melafaskan asma-asma Allah swt. Setelah beberapa menit akhirnya guncanganpun berhenti, aku yang sebelumnya panik sudah mulai merasa agak tenang, tiba-tiba aku dihampiri teman-temanku yang masih satu desa. Mereka bilang ada rumah yang terbelah di belakang desa kami dan mereka mengajakku untuk ikut melihat rumah tersebut. Lalu akupun ikut bersama mereka. Sedangkan adik-adikku bersama teman-teman mereka, ketika aku hendak mengambil sepeda tiba-tiba aku mendengar suara orang-orang berteriak sembari menyebut Asma Allah di sertai jeritan histeris. Ku lihat orang-orang berlari kalang kabut
'' Ie laot ka jiek '' (air laut dah naik) .
“ Ada apa ?? “ tanyaku kepada orang-orang itu sambil setengah berlari
“ Air laut naik nak , cepet lari ke gunung ! “ Aku tersentak kaget.
Kami yang tadinya hendak melihat rumah yang terbelah, langsung lari menuju pegunungan yang tidak jauh dari desa kami. Tapi d sela-sela kepanikan aku sempat mencari adik-adikku. Aku melihat mereka sudah berlari jauh di depan ku, lalu kususul mereka. Tiba-tiba di belakangku terdengar bunyi gemuruh yang sangat luar biasa. Aku menoleh kebelakang. Astafirullah, aku hampir tidak percaya apa yang aku lihat. Kurang lebih 150m di belakang ku, pohon kelapa dan lain nya berjatuhan. Aku menangis sambil menyebut Asma Allah. Akhirnya aku selamat naik ke kaki gunung sambil melihat kejadian yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. kurang lebih jam 4 sore air surut dan kami di ajak turun gunung oleh para orang dewasa untuk mencari korban yang selamat. Alangkah terkejutnya kami melihat desa porak paranda dan mayat berserakan dimana-mana. Bergotong royong, kami mengangkat mayat-mayat dan memindahkan ke Mushola yang kebetulan kerusakannya tidak terlalu parah. Akhirnya pencarian di hentikan karena sebagian mayat tidak bisa dipindahkan dan tertimbun bongkahan kayu.
Akhirnya malam pun tiba, malam yang gak akan pernah aku lupakan seumur hidupku hingga sekarang, aku dan sejumlah pemuda akhirnya sepakat untuk menjaga mayat-mayat yang ada di Mushola agar tidak di makan binatang buas ( entah, masih ada binatang buas atau tidak setelah Tsunami menyapu ). Kami menyalakan api unggun sebagai penerangan karena listrik mati. Untuk mengurangi rasa takut kami mengobrol sambil mengambil bongkahan kayu untuk api unggun. Tiba-tiba dari kejauhan kami mendengar suara orang menangis dan berteriak minta tolong. Kami fikir apa mungkin masih ada orang yang selamat diantara reruntuhan atau ?? … Kami menepis fikiran itu dengan membaca yasin dan berdoa . Tapi suara yang tadinya jauh jadi terasa kian dekat di sekitar kami.
'' kita masuk ke Mushola semuanya !! '' ajak Pak Adun salah satu sesepuh desa. Di dalam Mushola, tangisan itu tak lagi terdengar. Jujur saja, sebenarnya aku tak ingin masuk ke dalam Mushola, karena di dalam Mushola banyak mayat yang hanya di tutupi kain mukanya, sedangkan sebagian tubuhnya masih keliatan.
Malam semakin larut, sebagian teman-temanku sudah tidur karena kecapean, hanya beberapa yang masih terjaga termasuk aku, karena aku takut terjadi gempa susulan. Mata ku sesekali mencuri pandang sekeliling mayat, tiba-tiba aku melihat 2 sosok berjalan melewati jendela Mushola, tidak begitu jelas terlihat karena keadaan gelap dan hanya di terangi cahaya api unggun yang berada di luar .
'' Apa kamu liat tadi yang lewat disitu ?? '' tanyaku pada salah satu temanku.
“ Aku gak nglihat apa-apa “ jawabnya sambil menggeleng pelan
Entah kenapa tiba-tiba aku seperti dihipnotis untuk memastikan sosok itu melalui jendela. Terkejut dengan apa yang ku lihat, karena ada sosok bapak-bapak tanpa lengan sedang nengok kearahku . Aku berteriak sekuat tenaga hingga membuat teman-teman yang sudah pada tidur terbangun dan bertanya keheranan. Aku bilang
“ Ada bapak-bapak tanpa lengan di luar jendela “ kataku panic. Pak Adun mengingatkanku untuk istigfar dan berdoa. Badan dan kakiku gemetaran akibat rasa takut yang amat sangat. Selang beberapa lama kami merasakan guncangan lagi. Gempa susulan Tapi tidak terlalu kuat seperti sebelumnya, karena khawatir Mushola roboh, akhirnya kami keluar. Gempa tak kunjung berhenti, kami memutuskan untuk kembali ke gunung takut Tsunami susulan, aku berlari kecil menghindari gundukan bongkahan yang hanya di terangi cahaya bulan, entah apa yang ada di pikiranku saat itu hingga aku harus kehilangan konsentrasi lalu terpisah dari teman-temanku. Aku baru tersadar setelah tak mendengar suara langkah kaki dan bayangan mereka. Aku ketakutan, sontak aku berteriak meminta pertolongan, siapa tau teman-temanku mendengar dan menghampiriku, aku tak berhenti menangis dan mengucap lafal Allah
'' Laillahaillallah ... '' ucapku berkali-kali.
Saat aku melihat bayangan berjalan ke arahku, aku sedikit tenang karena aku berfikir itu temanku, tapi spontan bulu kudukku langsung berdiri, karena ternyata itu bukan mereka melainkan sosok ibu-ibu yang menangis sambil mencari-cari anaknya
'' Anakku … dimana kamu nak ''
Badanku hampir tak bisa digerakan sedikitpun, sambil membaca Basmallah aku bangun lalu berlari ke arah mobil truk gandeng yang berhenti dan posisinya tidak jauh dari tempatku. Aku naik dan duduk di belakang truk sambil menyebut nama Allah. Tapi suara ibu tersebut tidak hilang juga, malah aku mendengar suara jerit dan tangisan dimana-mana. Badanku terasa berat dan kepala pusing, akhirnya aku pingsan. Keesokan harinya saat tersadar, aku mendengar kabar duka bahwa Ibuku tak selamat dan jenazah beliau dimakamkan bersama 18 orang lainnya yang juga berasal dari desa yang sama.
“ Selamat Jalan Bunda ! “

Kisah Sukses Ippho Santosa Right, Pakar Otak Kanan dan Penulis Mega-Bestseller


Ippho Santosa dilahirkan pada hari Jumat Wage tanggal 30 Desember 1977 atau 20 Muharam 1398 di Pekanbaru, dari orang tua yang bernama Dwianto Sri Santosa dan Husnelly Nedvia. Ayahnya berasal dari Daerah Istimewa Jogjakarta, ibunya dari Sumatera Barat. Kebetulan, pada zaman perjuangan dua daerah ini pernah menjadi ibukota Republik Indonesia. Dibesarkan di keluarga yang sangat sederhana, ia dikarunai satu adik dan dua kakak.

Bagi anda yang hobi baca buku mungkin tidak asing lagi mendengar nama yang satu ini.Ippho Santosaadalahpenulisbuku best-seller danmega best-seller yang telah di cetak belasan kali setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2011-2012 buku-bukunya menjadi buku yang paling laris manis di pasaran. Tahukah anda apa rahasia sukses seorang Ippho Santosa yang telah berhasil menulis buku-buku yang sangat produktif.

Beberapa teman dan keluarga saya yang telah membaca buku-bukunya merasa berterima kasih bisa dipertemukan dengan buku tersebut. Kebanyakan dari mereka merasa termotivasi dan terinspirasi dari rangkaian kata-kata yang di susun oleh penulis. Bahkan orang yang tidak gemar membaca pun ketika saya rekomendasikan membaca bukunya mas Ippho, kebanyakan mereka tidak mau lepas dari buku itu tidak seperti buku-buku lain yang ketika melihat tingkat ketebalannya saja mereka menjadi malas membaca bahkan walaupun sudah membaca beberapa bab awal mereka hanya berhenti sampai disitu dan malas membaca bab berikutnya. 

Tapi buku-buku mas Ippho tidak demikian ketika selesai bab satu sangat berambisi untuk melangkah ke bab selanjutnya begitu seterusnya. Tahukah apa rahasianya? Bahasa yan genteng, simple, dan mudah dipahami lah yang menjadikan buku ini asik di baca bahkan oleh orang yang bukan kutu buku sekalipun.

Buku-buku Ippho Santosa semuanya membahas tentang cara berbisnis dan mendapatkan kekayaan. Seperti yang kita tahu semua orang ingin kaya. Disini di ajarkan cara-cara atau jurus jitu berbisnis mulai dari yang biasa sampai yang luar biasa, mulai dari bisnis sederhana sampai yang luar biasa. Apalagi jurusnya tersebut didapat dari pengalaman-pengalaman hidupnya sendiri. Aspek ini juga lah yang menurut saya menjadikan buku ini laris manis di pasaran di samping bahasanya yang enteng dan mudah dipahami.

Kisah Perjalanannya

Setelah menamatkan S1 Marketing di Malaysia, ia sempat berkarir sebagai pemasar di Sinar Mas Group, Genting Highland, dan perusahaan Filipina, interpreter untuk ILO-PBB, dosen di Universitas Internasional Batam. Kemudian ia mendirikan dan menjalankan EnterTrend Training, di mana belasan ribu orang di seluruh Indonesia telah menjadi peserta pelatihan dan seminarnya sepanjang 2004-2007. EnterTrend Training juga menangani konsultasi dan riset pemasaran. Mulai pertengahan 2007, ia mengurangi memberikan pelatihan, konsultasi, dan riset.

Sampai 2007, klien-kliennya adalah Telkom, Telkomsel, Indosat, PLN, BTN, Bank Panin, BPR Indra, Takaful, distributor ConocoPhilips, distributor Honda, distributor Yamaha, Jasa Raharja, Bio Farma, Pelindo, REI, PHRI, Terminal Tiket, Patria Tours & Travel, Southlinks Country Club, Sepatim (Semen Padang), Riau Pos Group, Arsikon (Pengembang Coastarina), ITS Surabaya, Universitas 17 Agustus Surabaya, Universitas Internasional Batam, Sekolah Global Indo-Asia, Sekolah Kallista, RS. Awal Bros, RS. Budi Kemuliaan, RS. Otorita Batam, Rumah Zakat, Badan Otorita Batam, Pemko Batam, Satlantas Kepri, Dispenda Kepri, DPRD Kepri (Piswan), dan masih banyak lagi.

Setelah berkarier di dalam dan luar negeri, kemudian ia berbisnis dan menulis berbagai
buku, yang telah tersebar sampai ke Timur Tengah, Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika.
Buku-buku terbaiknya adalah:

• 7 Keajaiban Rezeki: Rezeki Bertambah Nasib Berubah Dalam 99 Hari Dengan OtakKanan (buku terlaris    dan seminar terbesar 2010-2012 se-Indonesia)
• Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan.
• 10 Jurus Terlarang! Kok Masih Mau Bersaing Cara Biasa?
• 13 Wasiat Terlarang! Dahsyat dengan Otak Kanan!
• Marketing is Bullshit… Meledakkan Profit dengan Otak Kanan.

Majalah SWA menyebutnya sebagai motivator sekaligus pengusaha. Majalah Ummi
menyebutnya sebagai penanam amal jariyah. Koran Tempo menyebutnya sebagai miliarder
muda yang berbagi. Yang jelas, publik mengenalnya sebagai:
• Pakar otak kanan.
• Penulis mega-bestseller (masuk MURI).
• Pembicara di Asia (termasuk Hongkong dan Jepang).
• Pendiri 70-an cabang TK Khalifah se-Indonesia.

Perusahaan, komunitas, atau EO yang ingin mengundangnya memberikan seminar dan pelatihan, maka investasinya adalah:Rp 20 – 25 juta (durasi 3 jam).
di luar biaya transportasi dan akomodasi


Salah satu karyanya yang sangat fenomenal adalah buku 7 Keajaiban Rezeki yang menjadi Best Seller selama beberapa tahun terakhir. Buku tersebut sangat mencerahkan dan memotivasi banyak orang.

Ippho merupakan pengusaha muda yang telah sukses, disamping tulisan-tulisan yang dibagikan melalui buku pengusaha sukses, beliau juga telah membuktikan kiprahnya dalam bisnis, buktinya beliau memiliki beberapa perusahaan dan bisnis yang telah dijalankan. Coba anda bayangkan jika kita belajar langsung dari para pakarnya maka yang kita dapatkan akan lebih maksimal dibandingkan hanya cuma teori saja. Nah, ssetelah anda mengikuti kisah artikel diatas saya berharap anda bertambah semangat, jaga terus semangat anda.

salam sukses selalu!

Source http://inspirasisuksesmulia.blogspot.co.id/2013/02/kisah-sukses-ippho-santosa-right-pakar.html

Sabtu, 21 Oktober 2017

Wagub: Aceh tetapkan sejumlah top event 2018

Wagub: Aceh tetapkan sejumlah top event 2018
(ANTARA FOTO)
Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah menetapkan 13 top event pada tahun 2018.

"Akan ada 13 event besar yang akan digelar di Aceh dalam rangka meningkatkan promosi dan juga meningkatkan citra Aceh di mata internasional," katanya di sela-sela konferensi pers terobosan 100 hari Pemerintahan Irwandi-Nova di gedung serba guna kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Jumat.

Ia menjelaskankan ke 13 top event tersebut masing-masing Aceh International Marathon 2018 di Sabang, Aceh Cullinary Festival  di Banda Aceh, Banda Aceh Coffee Festival di Banda Aceh dan Aceh Sufi World Music Festival di Banda Aceh.

Selanjutnya Festival Danau Lut Tawar di Takengon, Aceh International Rapai Festival di  Lhokseumawe, Burni Telong Challenge di Bener Meriah, Pekan Kebudayaan Aceh 2018 di Banda Aceh, Festival Pulau Banyak di Singkil.

Kemudian Aceh International Surfing Championship di Simeulue, Sabang Jazz  di Sabang,  Sabang International Freediving Championship di Sabang dan Weh Dive Fest 2018 di Sabang.

Ia menambahkan dalam program capain 100 hari Aceh Kreatif, pihaknya juga telah menetapkan kawasan agro wisata terpadu di kawasan Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues.

Kemudian penetapan kawasan wisataa Marina di Pulau Banyak, Aceh Singkil, menjadikan Sabang sebagai wisata bahari dunia (wisata kapal pesiar) dan kawasan yang nyaman untuk investasi kelas dunia.

"Kita juga memperkuat branding "The Light of Aceh (cahaya Aceh) yang merefleksikan Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia dan membangun brand image sail Sabang 2017," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi menyatakan dengan masuknya sektor pariwisata dalam program prioritas merupakan sebuah loncatan besar terhadap sektor pariwisata di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

"Sektor Pariwisata Aceh sangat menjanjikan dan Aceh memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk sektor ini dan kami akan berupaya maksimal untuk mengambangkan seluruh potensi yang ada guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor," kata Reza.

Source https://aceh.antaranews.com/berita/37713/wagub-aceh-tetapkan-sejumlah-top-event-2018

Cerita soal Suku Mante di Aceh, Misteri dan Ajakan Jangan Mengusik

Cerita soal Suku Mante di Aceh, Misteri dan Ajakan Jangan MengusikFoto: Akun Youtube: Fredography
Jakarta - Suku Mante tiba-tiba menjadi viral di internet. Asalnya dari video yang merekam sosok manusia kecil berlari kencang dan menghilang di alang-alang.

Jejak video itu memunculkan dugaan kuat bahwa suku itu eksis di Tanah Rencong. Suku itu memang masih misterius meski dianggap sebagai suku tertua yang mendiami provinsi di ujung barat di Indonesia, yakni Aceh.

Cerita soal Suku Mante di Aceh, Misteri dan Ajakan Jangan MengusikPeta Aceh (Leslie Zolman/Wikimedia Commons)


"Memang ini adalah salah satu suku yang dianggap sebagai suku tertua orang Aceh," tutur arkeolog dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Husaini Ibrahim, kepada detikcom, Senin (27/3) kemarin.

Keberadaan orang Mante di era modern sendiri masih penuh tanda tanya. Kebanyakan hanya berupa kabar kesaksian yang sulit dipercaya atau hanya jejak-jejak mungil di tanah yang ditemukan pelintas.

Namun ada sejumlah wilayah di Tanah Rencong yang pernah menjadi saksi bisu munculnya suku Mante. Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh Mulyadi Nurdin mengatakan dulu suku Mante pernah ditemukan di wilayah pedalaman Aceh Besar, Pidie, dan beberapa kabupaten lain yang mempunyai hutan belantara.

"Pedalaman Aceh mulai Aceh Besar dan mentoknya di Aceh Tenggara itu kan tersambung. Dulu juga pernah ditemukan mereka di pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur," kata Mulyadi saat ditemui di ruang kerjanya di kantor Gubernur Aceh, Jalan Teuku Nyak Arief, Banda Aceh.

Di Kabupaten Pidie, suku Mante pernah ditemukan di pedalaman Tangse dan Geumpang. Mereka diduga hidup berpindah-pindah tempat dan tinggal di gua-gua. Keberadaan orang pendek lincah ini awalnya dianggap tidak ada.

Untuk membuktikan sosok yang terekam di kamera itu benar-benar suku Mante atau bukan, pemerintah Aceh akan melakukan penelitian. Koordinasi dengan pihak terkait juga akan dilakukan.

"Nanti akan kita bandingkan temuan itu dengan data yang ada sekarang. Mudah-mudahan ada titik temunya," jelas Mulyadi.

Sosok makhluk kecil itu awalnya diunggah oleh akun YouTube atas nama Fredography dengan judul 'HEBOH ! Kaget ada orang telanjang di hutan Aceh', yang diunggah pada 22 Maret lalu. Bila dilihat di kolom komentar, kebanyakan warga internet ingin agar orang-orang Mante tak diusik oleh manusia modern.

"Setidaknya saya salut dgn penggugah video ini untuk tidak menyebutkan TKP secara detail...!! saya mengerti maksud anda!! respect....," kata akun Atto Item.

"Tak perlu mengusiklah.....hai orang modern....kalian emang sukanya mengusik kehidupan orang yg seperti itu...," kata love channel.

Arkeolog Husaini Ibrahim pun menyebut sifat suku Mante yang selalu menghindari kontak dengan masyarakat luar. Terlepas dari ciri-ciri fisiknya, orang Mante adalah manusia juga.

"Jangan usik suku Mante. Mereka itu juga manusia biasa. Mereka punya hak memperoleh kehidupan yang layak," tuturnya.

Menurut Husaini, pemerintah wajib melindungi keselamatan suku terasing seperti mereka. Habitat mereka juga harus dijaga, yakni rimba belantara yang penuh kehidupan.
(dhn/dhn)

source https://news.detik.com/berita/3458522/cerita-soal-suku-mante-di-aceh-misteri-dan-ajakan-jangan-mengusik

Bagaimana Turki Utsmani Dekat dengan Aceh di Masa Lampau?


Bagaimana Turki Utsmani Dekat dengan Aceh di Masa Lampau?

Pada tahun 2014, sebagian besar masyarakat Indonesia disuguhkan dengan sejumlah tayangan sinetron dari Turki oleh salah satu stasiun televisi swasta. Salah satunya adalah sinetron berjudul “Abad Kejayaan” (atau Muhtesem Yüzyil dalam bahasa Turki). Sinetron tersebut mengisahkan tentang kehidupan Sultan Suleiman I, pemimpin Kesultanan Utsmani (Ottoman Empire).
Setidaknya, di dalam sinetron tersebut tergambar bagaimana Kesultanan Utsmani pada masa jayanya. Menjadi negara besar yang berpengaruh di Eropa, memiliki kekuatan militer yang tangguh, dan jangan lupakan meriam raksasa yang menjadi momok bagi bangsa Eropa pada saat itu.
Namun hanya sebagian orang yang tahu bahwa pada zaman dahulu, Kesultanan Turki Utsmani pernah menjalin hubungan diplomatik dengan salah satu kerajaan di Nusantara. Turki ikut bersaing dengan negara-negara Eropa lainnya dalam perdagangan rempah-rempah.

Tokoh Sultan Suleiman I dalam sebuah sinetron dari Turki. Berdasarkan catatan sejarah, Sultan Suleiman I pernah menerima utusan dari Kesultanan Aceh Darussalam ©
Tokoh Sultan Suleiman I yang diperankan dalam sebuah sinetron dari Turki. Berdasarkan catatan sejarah, Sultan Suleiman I pernah menerima utusan dari Kesultanan Aceh Darussalam © CTQuân / CC BY-SA 4.0 (via Wikimedia Commons)

Riwayat Hubungan Aceh-Utsmani
Kesultanan Aceh Darussalam tercatat pernah memiliki hubungan yang dekat dengan Kesultanan Utsmani. Ismail Hakki Göksoy di dalam artikelnya berjudul “Ottoman-Aceh relations as documented in Turkish sources” menjelaskan hubungan antara dua kesultanan tersebut berdasarkan arsip dokumen-dokumen resmi Kesultanan Utsmani.
Kesultanan Aceh Darussalam mulai berdiri sejak abad ke-16 dengan Sultan Ali Mughayat Syah sebagai sultan pertamanya. Pada saat itu, Aceh merupakan kerajaan yang berpengaruh di kawasan Sumatera. Kesultanan Aceh Darussalam menjadi ekspansif pada era kepemimpinan Sultan Alauddin al-Kahhar. Untuk memperluas kekuasaan dan meningkatkan perekonomiannya, Aceh berambisi untuk menguasai Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan rempah-rempah internasional. Untuk itu, Aceh harus bersaing dengan Kesultanan Johor dan Portugis yang menguasai Malaka.

Wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16 ©
Wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-17 © Gunawan Kartapranata / CC BY-SA 3.0 (via Wikimedia Commons)

Terdapat berbagai motif yang mendasari perselisihan antara Kesultanan Aceh dengan Portugis. Tidak hanya perkara politis, persaingan ekonomi hingga agama menjadi motif yang menggambarkan hubungan antara Aceh dan Portugis. Tidak hanya menguasai Malaka, Samudera Hindia pada saat itu didominasi oleh armada laut Portugis. Kapal-kapal dagang dari Aceh yang berlayar menuju Timur Tengah (dan sebaliknya) menjadi sasaran serangan kapal-kapal perang Portugis.
Merasa dirugikan dengan manuver Portugis, Aceh kemudian mengirimkan utusan ke Turki, meminta bantuan militer. Tercatat pada tahun 1547, di era Sultan Suleiman I, Duta Besar Aceh mendatangi Istanbul. Utusan dari Aceh tersebut meminta bantuan militer berupa armada laut serta meriam untuk menghadapi Portugis. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Sultan Suleiman I yang merasa bertanggungjawab melindungi kapal-kapal muslim dari serangan Portugis.
Sejak saat itulah, korespondensi antara Aceh dengan Turki pada abad ke-16 mulai intensif dan berlanjut di era pemerintahan Sultan Selim II. Sama seperti pendahulunya, Sultan Selim II juga memberikan bantuan militer berupa kapal, pasukan artileri, dan persenjataan lainnya yang dibutuhkan Aceh untuk menyerang Portugis. Untuk itu, Turki mengirim sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Laksamana Kurtoglu Hizir Reis ke Aceh. Meskipun kemudian ekspedisi tersebut dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman. Namun persenjataan dan teknisi militer Turki berhasil tiba di Aceh.

Sultan Selim II ©
Sultan Selim II © Johann Theodor de Bry / Domain Publik (via Wikimedia Commons)

Berdasarkan catatan Portugis pada tahun 1582, setiap tahun Aceh mengirimkan utusan beserta sejumlah hadiah seperti emas, batu mulia, rempah-rempah, dan parfum kepada sultan Utsmani. Selain itu, Aceh juga membangun perdagangan rempah-rempah ke Timur Tengah. Sebagai balasannya, Turki memberikan bantuan militer berupa persenjataan, ahli militer, serta perlindungan untuk Aceh. Hubungan tersebut kemudian menjadikan Aceh sebagai wilayah protektorat Kesultanan Utsmani hingga abad ke-18.

Surat yang ditulis oleh Sultan Selim II untuk Sultan Alauddin al-Kahhar. Surat tersebut tertanggal 16 Rabiul Awwal 975 H (20 September 1567) ©
Surat yang ditulis oleh Sultan Selim II untuk Sultan Alauddin al-Kahhar. Surat tersebut tertanggal 16 Rabiul Awwal 975 H (20 September 1567) | (Dalam buku "Mapping the Acehnese Past")

Menjadi bagian dari imperium Kesultanan Utsmani, Kesultanan Aceh Darussalam kemudian menjadi negara dengan kekuatan militer yang diperhitungkan di kawasan Sumatera dan Malaka. Beberapa kali Aceh mampu mengalahkan Portugis dalam berbagai pertempuran. Selain itu, kapal-kapal Aceh diizinkan menggunakan bendera Turki.
Lebih lanjut, bendera Kesultanan Aceh Darussalam berwarna merah dengan bulan sabit, bintang, dan pedang berwarna putih, menyerupai bendera Kesultanan Utsmani. Salah satu peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam, Meriam Lada Secupak, merupakan salah satu meriam pemberian dari Turki.

Meriam Lada Secupak, pemberian Utsmani untuk Aceh. Hingga kini meriam tersebut masih tersimpan di Belanda ©
Meriam Lada Secupak, pemberian Utsmani untuk Aceh. Hingga kini meriam tersebut masih tersimpan di Belanda | ottomansoutheastasia.org


Sejumlah meriam Turki milik Aceh yang dilucuti oleh Belanda pada tahun 1874 ©
Sejumlah meriam Turki milik Aceh yang dilucuti oleh Belanda pada tahun 1874 © Illustrated London News / Domain Publik (via Wikimedia Commons)

Sumber: Buku "Mapping the Acehnese Past".

Atribusi gambar utama: Keradjeun Atjeh Darussalam / CC BY-SA 3.0 (via Wikimedia Commons)